Makalah Model Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pembelajaran Inovatif
Dosen Pengampuh Mata Kuliah :
Eka Nurmala Sari, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh :
Achmad Hafiizh (1684202036)
Neta Tri Ramadani (1684202052)
Riza Ari Setiani (1684202054)
Taufik Hidayat (1684202057)
PROGRAM STUDI :
PENDIDIKAN MATEMATIKA/2016 SORE
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
SIDOARJO
2018
A. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antar pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan nyata sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Hasil atau prestasi belajar peserta didik tidak hanya dilihat dari tampilan kuantitatif, melainkan dilihat dari sisi kualitas penguasaan dan aplikasinya dalam kehidupan yang nyata. Dengan skema konseptual yang seperti itu, hasil pembelajaran bukan sekedar wacana melangit, akan tetapi merupakan hal yang harus membumi dan lebih bermakna bagi siswa.
CTL adalah salah satu strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah, dan lembaga-lembaga yang bergerak di bidang pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatan dari konsorsium tersebut adalah melatih dan memberi kesempatan kepada para guru dari enam propinsi di Indonesia untuk mempelajari pendekatan kontekstual di Amerika Serikat (Priyatni, 2002:1)
Pendekatan kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran afektif, yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya (Nurhadi, 2002:5)
Johnson (dalam Nurhadi, 2002:12) merumuskan pengertian CTL sebagai suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, sistem CTL, akan menuntun siswa ke semua komponen utama CTL, yaitu melakukan hubungan yang bermakna, mengerjakan pekerjaan yang berarti, mengatur cara belajar sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, memelihara atau merawat pribadi siswa, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian sebenarnya.
Pendekatan CTL menurut Suyanto (2003:2) merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang mereka peroleh dalam berbagai macam mata pelajaran baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar pada saat guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.
Menurut penulis Nwrel (Johnson, 2002:38), ada tujuh atribut yang mencirikan konsep CTL yaitu kebermaknaan, penerapan ilmu, berpikir tingkat tinggi, kurikulum yang digunakan harus standar, berfokus pada budaya, keterlibatan siswa secara aktif, dan asesmenautentik.
Proyek yang dilakukan oleh Center on Education and Work at the University of Wisconsin-Madison, yang disebut Teachnet, mengeluarkan pernyataan penting tentang CTL sebagai berikut :
Pengajaran dan pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep belajar mengajar yang membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, anggota masyarakat, dan pekerja serta meminta ketekunan belajar.
B. Karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL)
Menurut Johnson (dalam Nurhadi, 2002:14) terdapat delapan utama yang menjadi karakteristik pembelajaran kontekstual, yaitu :
- Melakukan hubungan yang bermakna.
- Mengerjakan pekerjaan yang berarti.
- Mengatur cara belajar sendiri.
- Bekerjasama.
- Berpikir kritis dan kreatif.
- Mengasuh atau memelihara pribadi siswa.
- Mencapai standar yang tinggi.
- Menggunakan penilaian sebenarnya.
Nurhadi (2003:20) menyebutkan dalam kontekstual mempunyai sebelas karakteristik antara lain :
- Kerjasama
- Saling menunjang
- Menyenangkan
- Belajar dengan bergairah
- Pembelajaran terintegrasi
- Menggunakan berbagai sumber
- Siswa aktif
- Sharing dengan teman
- Siswa aktif, guru kreatif
- Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain
- Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain
Priyatmi (2002:2) menyatakan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan dengan CTL memiliki karakteristik sebagai berikut :
- Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks yang autentik, artinya pembelajaran diarahkan agar siswa memiliki ketrampilan dalam memecahkan masalah dalam konteks nyata atau pembelajaran diupayakan dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real llife setting)
- Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning)
- Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa melalui proses mengalami (learning by doing)
- Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi (learning in a group)
- Kebersamaan, kerjasama saling memahami dengan yang lain secara mendalam merupakan aspek penting untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (learning to know each other deeply)
- Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, dan mementingkan kerjasama (learning to ask, to inquiry, to york together)
- Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan (learning as an enjoy activity)
C. Tujuan Contextual Teaching and Learning (CTL)
- Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atau ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainnya.
- Model pembelajaran ini bertujuan agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu dengan adanya pemahaman.
- Model pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa.
- Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berfikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
- Model pembelajaran CTL ini bertujuan agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna.
- Model pembelajaran model CTL ini bertujuan untuk mengajak anak pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari.
- Tujuan pembelajaran model CTL ini bertujuan agar siswa secara individu dapat menemukan dan mentransfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya sendiri.
D. Strategi-Strategi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Beberapa strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru secara kontekstual antara lain:
1. Pembelajaran berbasis masalah
Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama, siswa ditantang untuk berfikir kritis untuk memecahkan.
2. Menggunakan konteks yang beragam
Dalam CTL guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna yang diperolej siswa menjadi berkualitas.
3. Mempertimbangkan kebhinekaan siswa
Guru mengayomi individu dan meyakini bahwa perbedaan individual dan sosial sebaiknya dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar saling menghormati dan toleransi untuk mewujudkan ketrampilan interpersonal.
4. Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri
Pendidikan formal merupakan kawah candradimuka bagi siswa untuk menguasai cara belajar untuk belajar mandiri dikemudian hari.
5. Belajar melalui kolaborasi
Dalam setiap kolaborasi selalu ada siswa yang menonjol dibandingkan dengan koleganya dan siswa ini dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam kelompoknya.
6. Menggunakan penelitian autentik
Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan kontekstual dan memberi kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuati dengan potensi yang dimilikinya.
7. Mengejar standar tinggi
Setiap seyogianya menentukan kompetensi kelulusan dari waktu ke waktu terus di tingkatkan dan setiap sekolah hendaknya melakukan Benchmarking dengan melakukan study banding ke berbagai sekolah dan luar negeri.
Berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD) Penerapan strategi pembelajaran kontekstual digambarkan sebagai berikut :
1. Relating
Belajar dikatakan dengan konteks dengan pengalaman nyata, konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu peserta didik agar yang dipelajarinya bermakna.
2. Experiencing
Belajar adalah kegiatan "mengalami" peserta didik di proses secara aktif dengan hal yang dipelajarinya dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji, berusaha menemukan dan menciptakan hal yang baru dari apa yang dipelajarinya.
3. Applying
Belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dengan dalam konteks dan pemanfaatannya.
4. Cooperative
Belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui kegiatan kelompok, komunikasi interpersonal atau hubungan intersubjektif.
5. Transfering
Belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.
E. Landasan Filosofi Model Pembelajaran Kontekstual
Para pendidik yang menyetujui pandangan ilmu pengetahuan bahwa alam semesta itu tidak hidup, tidak diam, dan alam semesta itu ditopang oleh tiga prinsip kesaling ketergantungan, diferensiasi dan organisasi diri, harus menerapkan pandangan dan cara berfikir baru mengenai pembelajaran dan pengajaran.
Menurut Jonhson (2004) tiga pilar dalam sistem CTL antara lain :
1. CTL mencerminkan prinsip kesaling ketergantungan
Kesaling ketergantungan mewujudkan diri. Misalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekannya. Hal ini tampak jelas ketika subyek yang berbeda dihubungkan dan ketika kemitraan menggabungkan sekolah dengan dunia bisnis dan komunitas.
2. CTL mencerminkan prinsip berdeferensiasi
Ketika CTL menentang para siswa untuk saling menghormati keunikan masing-masing, untuk menghormati perbedaan, untuk menjadi kreatif, untuk bekerja sama, untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan.
3. CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri
Pengorganisasian diri terlihat para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan balik yang diberikan oleh penilaian autentik, mengulas usaha-usaha mereka dalam tuntunan tujuan yang jelas dan standar yang tinggi dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa yang membuat hati mereka bernyanyi.
Landasan filosofi CTL adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan. Kontruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas John Dewey pada awal abad ke-20 yaitu sebuah filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa.
Anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan hanya mengetahuinya.
F. Komponen-Komponen Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Komponen-komponen model pembelajaran CTL ini antara lain :
1. Kontruktivisme
Kontruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Pembelajaran ini harus dikemas menjadi proses "mengkonstruksi" bukan menerima pengetahuan.
2. Inquiry
Inquiry adalah proses pembelajaran yang didasarkan pada proses pencarian penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Merupakan proses pemindahan dari pengamatan menjadi pemahaman sehingga siswa belajar menggunakan ketrampilan berfikir kritis.
Langkah-langkah dalam proses inquiry antara lain :
a. Merumuskan masalah
b. Mengajukan hipotesis
c. Mengumpulkan data
d. Menguji hipotesis
e. Membuat kesimpulan
3. Bertanya
Bertanya adalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan.
4. Masyarakat belajar
Menurut Vygotsky dalam masyarakat belajar ini pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain.
5. Pemodelan
Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sebagai suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa.
6. Refleksi
Refleksi adalah proses pengalaman yang telah dipelajari dengan cara mengerutkan dan mengevaluasi kembalu kejadian atau peristiwa pembelajaran telah dilaluinya untuk mendapatkan pemahaman yang dicapai baik yang bersifat positif maupun bernilai negatif.
7. Penilaian nyata
Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh siswa.
G. Langkah-Langkah Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Langkah-langkah pembelajaran CTL antara lain :
- Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
- Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik.
- Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
- Menciptakan masyarakat belajar.
- Menghadirkan model sebagai contoh belajar.
- Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
- Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Ciri kelas yang menggunakan pendekatan kontekstual :
- Pengalaman nyata.
- Kerja sama, saling menunjang.
- Gembira, belajar dengan bergairah.
- Pembelajaran terintegrasi.
- Menggunakan berbagai sumber.
- Siswa aktif dan kritis.
- Menyenangkan, tidak membosankan.
- Sharing dengan teman.
- Guru kreatif.
H. Kelebihan dan Kelemahan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Kelebihan dari model pembelajaran CTL :
- Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa sehingga siswa terlibat aktif dalam PBM.
- Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif.
- Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
- Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditemukan oleh guru.
- Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
- Membantu siswa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
- Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
Kelemahan dari model pembelajaran CTL :
- Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa padahal, dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehingga guru akan kesulitan dalam menentukan materi pelajaran karena tingkat pencapaiannya siswa tadi tidak sama.
- Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM.
- Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.
- Bagi siswa yang tertinggi dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
- Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.
- Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lisan akan mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.
I. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian CTL dari pendapat para tokoh-tokoh diatas adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Komponen dalam pembelajaran kontekstual adalah konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya. Apabila sebuah kelas menerapkan ketujuh komponen diatas dalam proses pembelajaran, maka kelas tersebut telah menggunakan model pembelajaran kontekstual. Penggunaan CTL dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dikelas dapat menarik perhatian siswa karena CTL memiliki berbagai komponen sehingga pembelajaran tidak membosankan.
J. Saran
Diperlukan kesiapan dan konsep yang matang agar peserta didik yang memiliki ketrampilan dan soft skill kurang dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Mengingat model pembelajaran CTL lebih mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nurhadi, dkk. 2002. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya
dalam KBK. Malang : Universitas Negeri Malang
Priyatni, Endah Tri. 2002. Penerapan Konsep dan Prinsip Pengajaran dan Pembelajaran dan Pembelajaran
Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Kumpulan Materi TOT CTL Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta : Depdiknas.
Pukul 22.50 WIB)
tanggal 24 Mei 2018 Pukul 23.00 WIB)