Makalah Model Pembelajaran Kooperatif TipeTwo Stay Two Stray (TSTS)
Dosen Pengampu Mata Kuliah :
Eka Nurmala Sari Agustina, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh :
Imil Hidayati (1684202046)
Miftakhul Huda (1684202050)
Wahyu Setiawan (1684202059)
Juliana (1784202037)
PROGRAM STUDI :
PENDIDIKAN MATEMATIKA/2016 SORE
SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
SIDOARJO
A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray
Model pembelajaran kooperatif TSTS, "Dua tinggal dua tamu" yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992 dan biasa digunakan bersama dengan model Kepala Bernomor (NumberedHeads). Menurut Lie (2007:60) yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) adalah suatu jenis model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok yang lainnya.
Menurut Huda (2013:207) model ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkat usia peserta didik. Model TSTS merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi. Metode ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik.
Sedangkan menurut Suprijono (2009:112) model pembelajaran kooperatif tipe TSTS atau dua tinggal dua tamu diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi intrakelompok selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka telah selesai melaksanakan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah kembali ke kelompok asal, baik siswa yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray sendiri yaitu pembelajaran dalam kelompok yang terdiri dari empat orang siswa, dimana dua siswanya sebagai tamu dikelompok lain guna mencari atau mendapatkan informasi dari kelompok lain dan dua lainnya yang dipercaya tinggal dalam kelompoknya untuk memberikan informasi atau membagikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu yang datang.
B. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS
Adapun sintaks atau langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) menurut Huda (2013:207) adalah sebagai berikut :
C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS
Kelebihan dari model TSTS adalah sebagai berikut :
Adapun sintaks atau langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) menurut Huda (2013:207) adalah sebagai berikut :
- Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 4 siswa. Kelompok yang dibentukpun merupakan kelompok heterogen, misalnya satu kelompok terdiri dari 1 peserta didik berkemampuan tinggi, 2 peserta didik berkemampuan sedang, dan 1 sisanya berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan karena pembelajaran kkoperatif tipe TSTS bertujuan untuk memberikan kesempatan pada peserta didik untuk saling membelajarkan (peer tutoring) dan saling mendukung.
- Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompok masing-masing.
- Peserta didik bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir.
- Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kekelompok lain.
- Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain.
- Tamu mohon diri dan kembali kekelompok mereka sendiri untuk melaporkan temuan-temuan mereka dari kelompok lain.
- Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
- Masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerja mereka.
- Peserta didik bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah empat orang.
- Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang lain.
- Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka.
- Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
- Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.
C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS
Kelebihan dari model TSTS adalah sebagai berikut :
- Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.
- Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna.
- Model ini tidak hanya bekerja sama dengan anggota sekelompok tetapi bisa juga bekerja sama dengan kelompok lain.
- Memungkinkan terciptanya keakraban sesama teman dalam suatu kelas.
- Lebih berorientasi pada keaktifan.
- Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya.
- Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.
- Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan.
- Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar.
Sedangkan kekurangan dari model TSTS adalah :
- Membutuhkan waktu yang lama.
- Jumlah siswa dalam satu kelas tidak boleh ganjil.
- Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok.
- Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)
- Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
D. Saran
Untuk mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif tipe TSTS, pada poin pertama "penerapan model TSTS membutuhkan banyak waktu dalam pelaksanaanya dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional, dimulai dari persiapan pembagian kelompok, diskusi dan presentasi siswa." Guru harus benar-benar bisa mengatur alokasi waktu pembelajaran dengan baik, sehingga pembelajar tidak sia-sia dan materi aja tersampaikan. Solusi : bila tidak memungkinkan semua kelompok untuk tampil mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka didepan kelas, cukup hanya beberapa kelompok saja tergantung sisa waktu yang tersedia, hasil kerja sisa kelompok bisa dikumpulkan sebagai tugas dan mendapat giliran tampil di pertemuan selanjutnya.
Ini dari poin nomor 3 yaitu "Seperti kelompok biasa, siswa yang pandai menguasai jalannya diskusi, sehingga siswa yang kurang pandai memiliki kesempatan sedikit untuk mengeluarkan pendapatnya" maka solusi untuk mengatasinya bisa dengan menugaskan siswa yang kurang pandai sebagai tamu, dengan cara ini siswa akan lebih aktif dan punya tanggung awab dengan tugasnya, supaya siswa tersebut bisa belajar dari informasi dan penjelasan kelompok-kelompok yang lainnya.
Poin nomor 4 diusahakan agar materi tiap kelompok berbeda-beda tetapi masih satu tema, hal ini juga berguna untuk mengatasi masalah alokasi waktu, agar tujuan pembelajaran cepat tercapai oleh siswa. Guru harus benar-benar menerangkan kepada siswa mengenai maksud dan tujuan dari bertamu. Siswa terkadang masih kebingungan untuk saling bertukar informasi dengan kelompok lain. Karena tujuan dari berbagai informasi bukan untuk saling mencontek hasil jawaban dari kelompok lain.
Pada poin nomor 5 untuk mengatasinya dengan guru disarankan agar tidak hanya menilai hasil belajar, tapi juga menilai segala aktivitas atau keaktifan setiap siswa dalam penerapan model pembelajaran ini. Sebelumnya guru harus menginformasikan bahwa setiap aktivitas akan dinilai, sehingga siswa akan terkontrol.
Darmadi, 2017. Pengembangan model dan metode pembelajaran dalam dinamika belajar siswa.
Yogyakarta : Deepublish.
Huda, Miftahul. 2013. Model-model pengajaran dan pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Lie, Anita. 2007. Cooperatif Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.
Jakarta : Grasindo.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi paikem. Jakarta : Grasindo.
Ini dari poin nomor 3 yaitu "Seperti kelompok biasa, siswa yang pandai menguasai jalannya diskusi, sehingga siswa yang kurang pandai memiliki kesempatan sedikit untuk mengeluarkan pendapatnya" maka solusi untuk mengatasinya bisa dengan menugaskan siswa yang kurang pandai sebagai tamu, dengan cara ini siswa akan lebih aktif dan punya tanggung awab dengan tugasnya, supaya siswa tersebut bisa belajar dari informasi dan penjelasan kelompok-kelompok yang lainnya.
Poin nomor 4 diusahakan agar materi tiap kelompok berbeda-beda tetapi masih satu tema, hal ini juga berguna untuk mengatasi masalah alokasi waktu, agar tujuan pembelajaran cepat tercapai oleh siswa. Guru harus benar-benar menerangkan kepada siswa mengenai maksud dan tujuan dari bertamu. Siswa terkadang masih kebingungan untuk saling bertukar informasi dengan kelompok lain. Karena tujuan dari berbagai informasi bukan untuk saling mencontek hasil jawaban dari kelompok lain.
Pada poin nomor 5 untuk mengatasinya dengan guru disarankan agar tidak hanya menilai hasil belajar, tapi juga menilai segala aktivitas atau keaktifan setiap siswa dalam penerapan model pembelajaran ini. Sebelumnya guru harus menginformasikan bahwa setiap aktivitas akan dinilai, sehingga siswa akan terkontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Darmadi, 2017. Pengembangan model dan metode pembelajaran dalam dinamika belajar siswa.
Yogyakarta : Deepublish.
Huda, Miftahul. 2013. Model-model pengajaran dan pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Lie, Anita. 2007. Cooperatif Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.
Jakarta : Grasindo.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi paikem. Jakarta : Grasindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar